https://ngawi.times.co.id/
Berita

Semangat Juang dan Kemandirian Harjo Mislan, Doa Merah Putih di depan Kabah

Senin, 27 Mei 2024 - 16:17
Semangat Juang dan Kemandirian Harjo Mislan, Doa Merah Putih di depan Kabah Jemaah Haji Indonesia tertua tahun 2024, Harjo Mislan saat tiba di Makkah. (FOTO: MCH 2024 Kemenag RI)

TIMES NGAWI, JAKARTA – Ketika tiba di Makkah dan melihat Kakbah di Masjidil Haram, hati Mbah Harjo, jemaah haji tertua di Indonesia, langsung merasa tenang. 

"Ayem, tenang atine wis tekan Mekah. (Tenang, hatinya susah tenang sampai di Makkah)," ucapnya. 

Di Hotel Al Zhaer Plaza, kawasan Misfalah Makkah, Mbah Harjo menyambut Tim Media Center Haji 2024 dengan senyuman ramah. Meski usianya telah mencapai 109 tahun, semangatnya untuk beribadah tidak pernah pudar. Ia terlihat baru saja menyelesaikan membaca Al-Qur’an saat ditemui.

Sejak tiba di tanah suci pada 15 Mei 2024, Mbah Harjo yang berasal dari Desa Bedingin, Kecamatan Sambit, Ponorogo, tidak mengurangi aktivitas ibadahnya. 

Ia tetap melaksanakan salat lima waktu, salat sunnah, dan mengaji. Bersama anaknya, Sirmad (60), menantu, dan besannya yang tergabung dalam kloter 19 embarkasi Surabaya, Mbah Harjo juga telah melakukan ibadah umrah wajib saat tiba di Makkah pada Sabtu (25/5/2024).

Kisah Jemaah Haji Indonesia Tertua

Keinginan Mbah Harjo untuk berhaji mengingatkannya pada masa lalu. Pria yang lahir pada 2 Juli 1914 ini seingatnya pernah ke tanah suci saat masih anak-anak. Mbah Harjo mendaftar haji pada 18 Februari 2019, ketika usianya 104 tahun, dan akhirnya, lima tahun kemudian, ia benar-benar bisa berhaji.

Di depan Kakbah, Mbah Harjo berdoa untuk keselamatan semua yang ada di Indonesia. 

"Doa untuk semua keselamatan. Untuk negara, yang ada bendera merah putihnya," ujar veteran pejuang ini dengan penuh harap.

Semangat Mbah Harjo di tanah suci menjadi inspirasi bagi jemaah haji lainnya. Meskipun usianya 109 tahun, kemandiriannya patut diacungi jempol. Mbah Harjo nyaris tidak memerlukan banyak bantuan saat menjalankan aktivitas sehari-hari. 

"Mbahkung itu apa-apa sendiri. Mandi, ganti baju, makan gak banyak dibantu. Makan apa adanya, nerimo," kata Sirmad, anak kedua Mbah Harjo. 

Mbah Harjo hanya perlu makan nasi dengan lauk sederhana seperti tahu, tempe, dan sayur. 

"Kalau daging aku emoh (tak mau), tapi nasi tiwul aku mau," ucap Mbah Harjo sambil tertawa ringan.

Kemandirian dan semangat membara untuk tetap sehat agar bisa beribadah juga memotivasi jemaah lainnya. Nur Kholis, Ketua Kloter 19 SUB yang mendampingi Mbah Harjo, mengakui kemandirian Mbah Harjo. 

"Seperti standarnya pelayanan lansia, kami sudah siapkan semua fasilitas yang bisa membuat Mbah Harjo nyaman beribadah. Tapi ternyata Mbah Harjo sering tak mau memakainya. Seperti kursi roda, kalau masih bisa berjalan, beliau tak mau memakainya. Pokoknya Mbah Harjo mandiri," jelasnya.

Petugas pun sering menjadikan Mbah Harjo sebagai contoh atau panutan saat semangat jemaah lainnya melonggar. 

"Saat jemaah mulai agak 'rewel' agak loyo semangatnya, saya selalu bilang, itu lo kaya Mbah Harjo, ayo semangat," tambah Nur Kholis.

Semangat dan kemandirian Mbah Harjo menjadi teladan bagi semua jemaah Haji Indonesia, membuktikan bahwa usia bukanlah penghalang untuk melaksanakan ibadah haji dengan penuh dedikasi dan ketulusan.(*) 

Pewarta : Imadudin Muhammad
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Ngawi just now

Welcome to TIMES Ngawi

TIMES Ngawi is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.