TIMES NGAWI, NGAWI – Layar tancap masih cukup diminati warga di Kabupaten Ngawi. Hiburan rakyat yang menyajikan tontonan film itu masih juga eksis di tengah era yang serba digital.

Layar tancap sering kali diplesetkan dengan istilah bioskop misbar; gerimis bubar. Yang artinya, tontonan akan bubar ketika terjadi hujan saat layar tancap berlangsung.

Sanggar Omah Joglo di Kabupaten Ngawi, salah satu yang masih berupaya nguri-uri layar tancap agar terus lestari. Hal itu diwujudkan dengan gelaran layar tancap proklamasi, dalam rangka memeriahkan bulan kemerdekaan.

"Kami ingin mengembalikan hiburan layar tancap sebagai milik rakyat. Makanya no ticket. Karena esensial dari layar tancap itu tidak hanya hiburan, tapi human touch-nya juga kena," kata Aswi Manar, koordinator acara kepada TIMES INDONESIA, pada Kamis (1/9/2022).

Sejumlah film pendek karya berbagai sineas tanah air diputar. Di samping itu, juga dilakukan pengkajian, bedah unsur-unsur yang ada dalam perfilman.

Aswi menyampaikan, sinema Agustusan digelar selam tiga hari 29-31 Agustus 2022. Pada acara itu, sebanyak 12 judul film pendek karya sineas dari 4 kota di Indonesia disajikan.

Aswi Manar, koordinator acara saat berbincang dengan pengunjung. (Miftakul/TIMES INDONESIA)

"Di samping memberikan hiburan masyarakat, kami juga ingin mengkampanyekan, bahwa film itu juga sebagai penerjemah realitas sosial," ungkapnya.

Penyelenggaraan sinema Agustusan di Sanggar Omah Joglo bukanlah tanpa alasan. Aswi berpandangan, bakat-bakat sineas, sinematografi di Kabupaten Ngawi cukup banyak. "Kampanye ini yang ingin saya sebarkan di Kabupaten Ngawi," ujarnya.

Pemutaran film layar tancap mendapat perhatian dari masyarakat. Salah satunya, Vivi, warga sekitar Sanggar Omah Joglo di Ngawi. Menurutnya, layar tancap membuatnya bernostalgia dengan masa lalunya."Sudah sangat jarang ada tontonan layar tancap. Dapat hiburan, sekaligus bernostalgia masa kecil dulu. Sanggar Omah Joglo mantap," ungkap salah satu penonton layar tancap, warga Kabupaten Ngawi.