https://ngawi.times.co.id/
Kopi TIMES

Solusi Mengatasi Rasa Kesepian di Masyarakat

Selasa, 21 Mei 2024 - 16:44
Solusi Mengatasi Rasa Kesepian di Masyarakat Rizky Ridho, Inclusive Communicator

TIMES NGAWI, JAKARTA – Dunia memang saling terhubung, tetapi paradoksnya adalah muncul rasa kesepian yang akut. Logikanya, apabila semakin berinteraksi-bahkan di dunia digital sekalipun perasaan kesepian akan jarang muncul. Akan tetapi, kenyataannya tidak demikian. Menurut survei dari Meta-Gallup 2023, 25% orang dalam rentang usia 15-18 dan 30-44 tahun, dan 27% orang berusia antara 19-29 tahun mengalami kesepian. Di wilayah Jabodetabek, menurut survei dari Health Collaborative Center di tahun yang sama, kurang lebih 50% (44% merasa kesepian, dan 6% kesepian berat) orang merasa kesepian. 

Fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat sedang tidak baik-baik saja. Semenjak Covid-19, interaksi masyarakat berkurang karena adanya pembatasan sosial. Ketika pandemi berakhir, seharusnya makin banyak interaksi terjalin dan banyak koneksi manusia yang terjalin. Dan memang benar nyatanya: komunitas kembali beraktivitas offline, dan kafe-kafe dipenuhi orang-orang yang sedang membicarakan hidup. Namun demikian, bertemu secara tatap muka tidak mengurangi rasa kesepian. WHO pun sampai mendeklarasikan kesepian sebagai global public health concern. 

Pertanyaannya adalah apa faktor yang membuat ini bisa terjadi? Beberapa penelitian menganggap media sosial sebagai kemungkinan penyebab utama. Di satu sisi itu mungkin tepat terhadap orang yang terlalu immerse di media sosial. Di sisi lain, muncul pertanyaan apakah orang yang kurang bermain media sosial juga ikut kesepian? 

Jikapun iya, salah satu pemicunya mungkin bukan pada orangnya, tetapi lingkungannya. Di lingkungan pertemanan, bisa jadi teman-teman kita lebih suka bermain dengan smartphonenya, dibandingkan hadir sepenuhnya untuk diskusi. Tidak sepenuhnya salah. Sikap itu muncul sebagai proses pembiasaan kita yang terbentuk secara tidak sadar. Mungkin saja, kita jadi meremehkan pentingnya human connection karena sudah punya WhatsApp, Instagram, TikTok, maupun Zoom. 

Semuanya ada dalam genggaman tangan. Perhatian kita jadi terbagi antara dua dunia: offline dan online. Mengutip dari The Guardian, Dr. Gloria Mark mengatakan bahwa manusia kehilangan kemampuannya untuk mengembangkan hubungan yang dalam. Hal ini karena perhatiannya lebih tertuju kepada media sosial. Media sosial memang bagus untuk mempertahankan hubungan, tetapi media sosial tidak akan mampu mengembangkan hubungan yang mendalam.  

Artinya, kesepian disebabkan oleh faktor teknologi, manusia, dan kebiasaan. Sayangnya, kesepian berdampak besar bagi kehidupan manusia. Menurut pernyataan Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, kesepian dan isolasi sosial memperbesar risiko stroke, dementia, kecemasan, bunuh diri, dan lain sebagainya. 

Kesepian menimbulkan ancaman kesehatan yang luas. Dampaknya bukan hanya bagi diri sendiri, melainkan juga negara. Manusia adalah harta karun paling berharga negara. Apabila manusianya mengalami masalah kesehatan mental-utamanya anak muda-negara tidak mampu berkembang secara optimal. Kita perlu solusi untuk menyelesaikan epidemi ini.  

Solusinya sebenarnya sudah kita temukan: mari kita letakkan smartphone sebentar, nikmati momen kebersamaan, dan curhat tanpa prasangka. Artinya, kita perlu lebih banyak kegiatan offline dibandingkan online. Perlu lebih berjarak dari dunia maya. Walaupun bertemu online juga memiliki manfaat, tidak ada yang mampu menggantikan sentuhan, rasa, gestur, dan energi positif dari bertemu langsung. Oleh karena itu, mari kita biasakan untuk memberi perhatian penuh di dunia nyata! (*)

***

*) Oleh: Rizky Ridho, Inclusive Communicator.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
 

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Ngawi just now

Welcome to TIMES Ngawi

TIMES Ngawi is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.