https://ngawi.times.co.id/
Berita

Dorong Guru SMK Kuasai 4C, Kacab Dindik Pacitan Tekankan Penguatan Teaching Factory

Jumat, 04 Juli 2025 - 08:11
Dorong Guru SMK Kuasai 4C, Kacab Dindik Pacitan Tekankan Penguatan Teaching Factory Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten Pacitan, Dr Indiyah Nurhayati saat diwisuda doktoral di Unesa. (FOTO: Indiyah for TIMES Indonesia)

TIMES NGAWI, PACITAN – Dunia pendidikan vokasi terus bergerak mengikuti perkembangan pesat industri dan dunia usaha. Salah satu yang menjadi sorotan adalah penguatan teaching factory (tefa) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Kacab Dindik) Wilayah Pacitan, Dr Indiyah Nurhayati, menekankan pentingnya pengelolaan teaching factory yang lebih terarah dengan dukungan guru-guru kompeten pada aspek 4C, yaitu critical thinking, creative thinking, communication dan collaboration.

Pada Jumat (4/7/2025), Dr Indiyah mengungkapkan kebanggaannya usai merampungkan studi doktoralnya di Program Pendidikan Vokasi, Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Gelar Doktor resmi diraih setelah beberapa hari lalu dirinya diwisuda.

"Saya bersyukur dapat menuntaskan disertasi saya yang berjudul ‘Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, Komunikasi, Kolaborasi terhadap Kemampuan Wirausaha dan Teaching Factory Guru SMK di Jawa Timur’. Ini menjadi bekal saya untuk lebih menguatkan SMK di Pacitan," ujarnya.

Menurut Dr Indiyah, hasil riset dalam disertasinya menunjukkan betapa pentingnya guru-guru SMK memiliki kompetensi 4C secara utuh.

“Guru-guru SMK yang punya kemampuan berpikir kritis, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi terbukti lebih berhasil mendorong lahirnya teaching factory yang hidup di sekolahnya. Dan pada akhirnya, lulusannya pun lebih siap berwirausaha,” terangnya.

Lebih lanjut ia menegaskan, penguatan teaching factory di seluruh SMK, khususnya di Kabupaten Pacitan, akan menjadi prioritas ke depan. Upaya ini akan dilakukan dengan memetakan dan memilih guru-guru yang memang sudah atau berpotensi kuat dalam kompetensi 4C.

"Ke depan, kami ingin sekolah-sekolah lebih selektif dalam menugaskan siapa yang mengelola teaching factory. Idealnya adalah guru yang menguasai keterampilan 4C, critical thinking, kreatif, dan komunikatif, dan kolaboratif ," tutur Dr Indiyah.

Pelayanan untuk Guru: Upskilling dan Reskilling

Namun demikian, Dr Indiyah tidak menutup mata bahwa belum semua guru memiliki kompetensi tersebut. Karena itu, ia mendorong sekolah agar memberikan pelayanan optimal kepada guru-guru untuk upskilling dan reskilling.

“Jangan hanya siswa saja yang difasilitasi. Guru-guru juga perlu pelatihan, baik itu hardskills maupun soft skills. Dunia usaha dan dunia industri berkembang sangat cepat. Guru harus adaftif agar pembelajaran tidak tertinggal zaman,” paparnya.

Program peningkatan kapasitas guru melalui workshop, magang industri, hingga pelatihan digital akan terus didorong. Dengan begitu, guru-guru SMK di Pacitan tidak hanya siap mentransfer ilmu, tapi juga menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada peserta didik.

Target Akhir: Lulusan Siap Wirausaha

Tujuan akhir dari semua strategi ini, kata Dr Indiyah, tidak lain adalah agar teaching factory benar-benar berkembang di sekolah. Bukan hanya formalitas program, tetapi menjadi ekosistem nyata yang melatih siswa menghadapi pasar.

"Kalau teaching factory-nya jalan, output-nya akan sangat bagus. Anak-anak SMK bisa lulus dan langsung terjun membuka usaha sendiri atau bekerja dengan skill yang matang. Ini yang kita harapkan bersama," jelasnya.

Ia juga menambahkan, penguatan teaching factory akan menyesuaikan dengan potensi lokal. Misalnya di Pacitan, teaching factory yang bergerak di bidang kuliner, pariwisata, hingga kerajinan dan pengolahan berbasis sumber daya alam setempat akan lebih didorong.

Kolaborasi dengan Dunia Industri

Tak kalah penting, sinergi dengan dunia usaha dan industri menjadi pilar utama keberhasilan teaching factory. Dr Indiyah memastikan akan terus membuka ruang kerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang bisa menjadi mitra SMK.

“Kita tidak bisa jalan sendiri. Dunia industri adalah laboratorium riil bagi anak-anak kita. Harapannya, industri mau membuka diri, menerima siswa untuk praktik, magang, dan menjadi pembimbing langsung,” ungkapnya.

Dukungan Kebijakan

Untuk mewujudkan semua program tersebut, Dr Indiyah berharap dukungan dari banyak pihak, mulai dari pemerintah daerah, komite sekolah, hingga masyarakat. Dengan demikian, program teaching factory yang dirancang benar-benar bisa berjalan optimal.

"Semua harus satu visi. Kalau hanya guru saja yang bergerak, ya sulit. Tapi jika stakeholder juga peduli, SMK kita akan semakin kuat,” ujarnya.

Langkah Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Pacitan ini menjadi salah satu jawaban atas tantangan link and match antara dunia pendidikan dan dunia kerja.

Dengan memperkuat kompetensi guru pada empat pilar penting-berpikir kritis, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi-diharapkan teaching factory di SMK Pacitan akan semakin solid, menghasilkan lulusan yang tak hanya siap kerja, tapi juga siap menciptakan lapangan kerja. (*)

Pewarta : Yusuf Arifai
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Ngawi just now

Welcome to TIMES Ngawi

TIMES Ngawi is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.